Pandangan Tentang Sejarah Riau 8

Jumat, 11 Juli 2008


Kutipan Buku : Dari Perbendaharaan Lama

Karya Prof. Dr. Hamka

Bagian kedelapan

Tentang kata-kata Siak

Pengantar acara penyusun Sejarah Riau telah menguraikan beberapa pendapat penting tentang arti kata siak, yang menjadi nama dari sungai yang mengalir di sini, dan kemudian menjadi nama dari sebuah kerajaan yang berdiri di tepi sungai itu. Bahwa ada satu qaul (pendapat) tentang arti orang Siak yaitu orang yang dianggap ahli ibadah dalam Agama Islam. Ada pula yang mengatakan bahwa Orang Siak itu ialah lebai-lebai atau marbot-marbot mesjid. Saya sendiripun pernah mendengar tentang itu.

Di Minangkabau, sampai saat sekarang ini dalam bahasa sehari-hari, yang disebut Orang siak, ialah orang-orang yang ahli Agama Islam. Sama artinya dengan pengertian orang Jawa tentang santri. Dan orang semcam saya ini kalau di Minang, termasuk golongan orang Siak. Dan kalau seseorang hidupnya tekun beragama, dikatakan orang;” Si Fulan itu Siak benar.”

Tetapi di Semenanjung Tanah Melayu (Malaysia Barat) umumnya orang yang disebut Siak memang pengurus-pengurus harian mesjid. Kadang-kadang diartikan orang-orang Siak ialah orang-orang yang ditugaskan mengurus, memandikan dan menyembahyangkan jenazah.

Bagaimanapun diartikan, baik tinggi di Minangkabau atau agak ke bawah cara Malaysia, namun kata Siak terang sekali dalam anggapan orang Melayu sangat bertali erat dengan agama.

Tetapi dari kata-kata orang siak ini saya pernah mendengar dari almarhum Dr. Syekh Abdullah Ahmad, Ulama Besar yang terkenal di Minangkabau (meninggal 1934), bahwa pepatah Minangkabau yang terkenal; “Adat menurun, syara’Mendaki” mendaki adalah dari negeri Siak ini. Beliau menolak tafsiran yang umum pada masa itu, yang mengatakan Syara’ mendaki dari ulakan Pariaman, yang dibawa oleh syekh Burhanuddin Ulakan Minangkabau, yang kembali dari Aceh berguru dari Syekh Abdurrauf. Beliau meninggal pada tahun 1111 Hijriyah.

Dr. Syekh Abdullah Ahmad tidak menerima pendapat mendaki dari ulakan itu. Karena dengan demikian baru 250 tahun saja Islam di Minangkabau, atau dua setengah abad. Kata beliau Syara’ mendaki dari Siak. Buktinya kata beliau :

“ Ialah orang-orang yang ahli dalam agama islam, Sejak dahulu sampai sekarang, disebut Orang Siak.”

Siak adalah Minangkabau Timur, sejak Rokan, Kampar dan sekitar Sungai Siak. Jika kelihatan ahli-ahli Agama islam itu, mereka dihormati dan disebut. “Orang Siak” sampai sekarang. Karena itu menurut Dr. Abdullah Ahmad.

“Nenek moyang tuan-tuan dari Kampar”

Daerah Rokan dan sekitar Siak sekarang inilah guru-guru nenek moyang kami, yang mengislamkan kami orang “Mudik” orang pedalaman Minangkabau.

(Pekanbaru, Kamar Kostku, 08 Juli 2008 16:57 WIB)

Diposting oleh Eddy Syahrizal di 06.18  

0 komentar:

Posting Komentar