Pandangan Tentang Sejarah Riau 6

Jumat, 11 Juli 2008


Kutipan Buku : Dari Perbendaharaan Lama

Karya Prof. Dr. Hamka

Bagian keenam

Tetapi yang kita ambil ialah bait pertama pantun, yang membuktikan bahwa orang Bajau yang suka berlayar itu pernah juga mudik ke Hulu Jambi, memudiki Sungai Batang hari mungkin sampai ke Sungai Dareh. Dengan alasan itu dapat kita buktikan bahwa orang Bajau pun salah satu unsur Melayu Riau. Karena tidak akan dikarang orang saja pantun berpangkal demikian, kalau tidak pernah kejadian.

Tentang orang Jawa demikian pula. Lama sebelum Majapahit mengembangkan sayapnya ke Malaka, di pulau Tumasik (Singapura) sendiri terdapat banyak orang dari Jawa. Di zaman kebesaran Malaka tersebut bahwa orang Jawa banyak membuat kampung di Malaka.

Banyak juga Melayu peranakan Arab. Mereka telah banyak tersebut sejak berdirinya Kerajaan Pasai Pertama, di zaman Al Malikush Shaleh. Mereka datang dari Mekkah dan Madinah, dan lebih banyak yang dari Hadramaut. Ke mari umumnya tidak membawa istri. Mereka kawin dengan penduduk yang ditempati. Dengan segala hormat mereka diterima sebagai menantu. Lebih-lebih keturunan bangsa Sayid, yang disebut keturunan Rasulullah Saw. Raja-raja Melayu banyak menerima mereka jadi menantu. Kadang-kadang raja tidak mempunyai keturunan laki-laki. Lalu dirajakan anak laki-laki dari anak perempuan raja. Anak itu berayah Arab tadi. Si cucu itu naik tahta. Di Riau terkenal Sayid Muhammad Zain Al Qudsi, yang disebut Engku Kuning. Setelah habis keturunan Raja Kecil Sultan Abduljalil Rahmat Syah yang berhak menjadi raja, diangkat oranglah yang menjadi Sultan Siak cucu beliau, bangsa Sayid dari keturunan Bin Syahab. Bersaman dengan itu dirajakan orang pula keturunan Alkadri di Pontianak. Jadi raja di Pelalawan keturunan Bin Syahab. Di Perlis (Malaysia) dirajakan bangsa Sayid dari keturunan Jamalullail. Keturunan raja-raja Melayu bangsa Sayid ini kekal berkembang biak menjadi orang Melayu. Itulah sebabnya dalam seminar kita ini kita dapati anggota seminar Melayu Riau orang Indonesia sejati keturunan Arab, seumpama Sayid Husin Al Qudsi, Sayid Muhammad Umar, Tengku Sayid Umar, Tengku Sayid Nasir, Tengku Sayid Arifin. Sebagai keturunan raja-raja melayu mereka memakai gelar Sayid. Sahabat saya almarhum Engku Bot, yang di zaman sebelumnya perang menjadi Setia Usaha (Sekretaris) Sultan Siak, nama Melayunya Engku Bot, nama arabnya Sayid Muhsin vin Khalid bin Syahab.

Ada juga melayu keturunan Keling. Yang disebut Keling dimasa itu ialah yang berasal dari negeri India, Pakistan dan Bangladesh dan Afganistan sekarang ini. Dalam Sejarah Melayu, Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi ada juga menyebut bahwa orang-orang Kabul itupun banyak terdapat di Malaka. Melayu keturunan Keling ini ini sebelum Malaysia merdeka terkenal dengan sebutan ”Melayu Pekan”.

(Pekanbaru, Sekretariat UKMI Ar-Royyan UNRI, 06 Juli 2008 17:53 WIB)

Diposting oleh Eddy Syahrizal di 06.10  

0 komentar:

Posting Komentar