Pandangan Tentang Sejarah Riau 1

Jumat, 04 Juli 2008



Kutipan buku : Dari Perbendaharaan Lama

Karya Prof. Dr. Hamka

Bagian pertama

Motto

Terkenang Riau di zaman jaya

Mata berlinang, hati terharu

Sekarang merdeka Indonesia raya

Riau mendapat semangat Baru

Akan saya mulai pandangan ini dengan dua ucapan terima kasih.Pertama terima kasih pribadi karena diberi kehormatan untuk turut hadir dlam Seminar Sejarah Riau ini.Karena kalau orang orang belum sepakat menganggap saya sebgai ahli sejarah, namun orang tidaklah akan keberatan menerima sebagai seorang peminat sejarah tanah air Indonesia tercinta ini, termasuk Sejarah Riauyang harus diakui telah mengambil peranan penting dlam perkembangan kita di masa lampau dan akan terus buat masa-masa yang akan datang.

Yang kedua ialah kepada para sarjana sejarah dari Universitas Riau yang telah menyusun Draft Sejarah Riau dengan rapi sekali, dengan hati-hati, sebagai suatu buah penemuan yang penuh kesabaran dan cinta, terdiri dari empat jilid. Terima kasih karena dia telah memudahkan para peminat dan sejarawan yang lain mengikuti seminar ini. Dia telah memudahkan para peminat dan Sejarawan yang mengikuti seminar ini. Daia telah memudahkan bagi para pembanding buat membantu menyisip mana yang patut disisip dan menyiang mana yang patut disiangi. Draft susunan empat jilid buku ini bukanlah “tanduk mati”, melainkan “Gading yang bertuah” sehingga kelak ada kalau akan ada beberapa tandingan dari para ahli, tidak lain adalah karena memang bertuah gading ini. “Tidaklah dia gading, kalau tidak ada retaknya” dapat dipastikan kalau buku ini bukan “gading bertuah” janganlah membanding isinya, menengok sajapun orang belum tentu mau.

Berani saya mengatakan bahwa ucapan terima kasih atas susunan buku ini bukan saja datang dari saya, bahkan juga dari para ahli yang hadir dalam seminar ini.

Dari segi pembangunan bangsa, dari segi pembinaan sebuah bahasa yang sedang menanjak naik menjadi salah satu bahasa dunia, yaitu bahasa Indonesia, yang oleh saudara-saudara sedarah kita di Malaysia dinamai bahasa Kebangsaan, yang dalam Kongres Bahasa Indonesia di Medan tahun 1954, telah dijelaskan bahwa Bahasa Indonesia adalah berdasar dan berasal dari Bahasa Melayu. Dari segi seminar inipun sangat penting. Karena dari Riau inilah dahulunya datang apa yang disebut “Bahasa Melayu Riau”, yang dijadikan bahsa persuratan, bahasa ilmu pengetahuan. Kita telah berpisah dengan saudara kita sedarah Malaysia, sejak dipisahkan oleh Raffles pada tahun 1819, namun kita belum pernah merasa berpisah dalam budaya. Kita tidak merasa berpisah dalam bahasa. Kita tidak pernah berpisah dalam agama yang dipeluk oleh golongan terbesar, yaitu agama Islam.

(Pekanbaru, Kamar Kostku, 03 Juli Kamis 13:05 WIB)

Diposting oleh Eddy Syahrizal di 20.06  

0 komentar:

Posting Komentar